INFORMASI BISNIS

INFORMASI BISNIS KHAS DAERAH KABUPATEN BATANG

Peluang Bisnis Hotel di Batang Terbuka Lebar
Meski hotel dan restoran terus dimodernisasi dengan berbagai peralatan canggih, namun tetap tidak bisa meninggalkan tenaga kerja. Sebab, sistem bekerjanya identik dengan padat karya. “Aktifitas kerja di hotel dan restoran maupun rumah makan itu membutuhkan sentuhan manusiawi seperti keramahan dan senyuman. Karena itu tidak bisa digantikan oleh robot,” ujar Ketua Badan Pembina Daerah (BPD) Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, H Heru Isnawan.
Dia menyatakan hal itu sesuai pelantikan pengurus BPC PHRI Batang periode 2008-2012 yang diketuai Cahyanto di Hotel Sendang Sari, Rabu (20/8) kemarin. Dia meyakinkan, prospek bisnis hotel maupun restoran masih terbuka lebar menyusul berkembangnya industri pariwisata. “Sekarang ini banyak daerah yang berlomba-lomba membuat objek wisata. Itu tentunya merupakan peluang emas bagi anggota PHRI untuk mengembangkan usahanya,” kata dia.
Ia menyatakan, di Batang masih banyak potensi wisata yang belum dioptimalkan. Kondisi ini sangat strategis untuk menanamkan investasi bagi jasa perhotelan maupun rumah makan. “Ini semua tentunya memerlukan kerja sama dengan pemkab sebagai mitra dalam mengembangkan usaha. Karena sektor kepariwisataan apabila digarap secara potensial akan meningkatkan pendapatan daerah maupun kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.
Sisi lain, pemberdayaan ekonomi juga turut terangkat. Itu dengan banyaknya sentra-sentra perajin yang hasilnya bisa dititipkan atau dijual dihotel dan rumah makan.
Kemitraan

Wakil Bupati H Achfa Machfudz meminta kepada anggota PHRI memanfaatkan masyarakat sekitar lokasi sebagai pekerja. Sedangkan, dalam menjalin kemitraan hendaknya bisa dijalan integrasi di berbagai sektor. “Ada banyak potensi wisata yang bisa digarap PHRI. Apalagi untuk menanamkan investasinya, Batang telah menerapkan perizinan satu pintu, ini dalam rangka memudahkan investor,” tandanya.
Di Batang, sekarang ini ada tiga hotel besar. Namun pada even-even tertentu selalu penuh. Peluang untuk mendirikan hotel masih terbuka lebar. Apalagi, berada dijalur pantura yang sangat strategis. “Batang ini merupakan titik lelah dari perjalanan Jakarta-Surabaya. Ini tentunya menjadi peluang bagi untuk membangun penginapan yang representatif.”
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), HM Farid Asror mendukung berdirinya PHRI Cabang Batang. Kehadirannya diharapkan bisa menambah iklim, investasi. Sekretaris PHRI, Sodi Haryono menyatakan, sebelum terbentuknya cabang tersendiri, anggota Batang masih menjadi satu dengan Pekalongan.
(dikutip dari Suara Merdeka, 21/08/2008)

Kabupaten-Batang

PENGGUNA lalu lintas di pantai utara Jawa tentu tidak asing lagi dengan Alas Roban, kawasan hutan di Kabupaten Batang yang dikenal rawan kecelakaan dan tindak kejahatan. Jalan sempit dengan kanan kiri hutan menambah miris pengguna jalan. Kondisi itu kini sedikit demi sedikit berubah. Pelebaran jalan dan penambahan lampu penerangan jalan membuat pengguna jalan lebih merasa nyaman melewati Alas Roban.

PENGEMBANGAN Alas Roban berjalan seiring dengan derap pembangunan di Kabupaten Batang. Akibat pembangunan tersebut terjadi pengurangan luas lahan hutan satu persen (1995-2001). Selain hutan, lahan sawah juga menyusut. Luas lahan sawah turun 159 hektar (0,7 persen) dari sebelumnya 22.683 hektar dan tegalan turun 857 hektar (4 persen) dari sebelumnya 19.286 hektar. Konsekuensi logisnya, penggunaan lahan bangunan dan lainnya meningkat 481 hektar (4 persen).

Penurunan luas lahan sawah tidak menyurutkan potensi pertanian. Penggunaan lahan sawah masih cukup besar. Sekitar 28 persen wilayah Kabupaten Batang dimanfaatkan untuk areal sawah, menyerap 49 persen tenaga kerja penduduk berusia 15 tahun ke atas. Besarnya penyerapan tenaga kerja membuat pertanian masih tetap diperhitungkan dan pengembangan produk pertanian masih tetap menjadi prioritas. Berbagai produk pertanian selain padi didayagunakan lewat pengolahan, antara lain madu, teh, mlinjo, dan produk perikanan.

Madu menjadi produk unggulan kehutanan sekaligus industri pengolahan. Bibitnya sebagian kecil diperoleh dari lebah lokal jenis Apis cerana dan Apis dorsata. Sebagian besar peternak memanfaatkan bibit lebah jenis Apis mellifera yang didatangkan dari Australia. Bibit dari Australia ini lebih mudah dibudidayakan dan kualitas madunya lebih baik.

Peternakan lebah dikelola unit usaha Apiari Pramuka. Peternakan lebah lainnya yang lebih kecil diusahakan oleh Puspa Alas Roban, Queen Bee. Industri pengolahan madu dapat dijumpai di Kecamatan Gringsing. Madu ternak ini selain untuk konsumsi lokal, juga dipasarkan untuk konsumsi luar daerah seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan. Biasanya satu botol dengan isi 200 mililiter untuk konsumsi lokal dijual Rp 8.000-12.000, sementara konsumsi luar daerah harganya Rp 20.000-25.000.

Produksi madu yang pada tahun 1997 tercatat 22.000 ton, turun menjadi 10.000 ton pada tahun 2002. Turunnya produksi madu dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan bunga kapuk, bunga karet, bunga kelengkeng sebagai makanan utama lebah semakin langka.

Produk unggulan lain adalah mlinjo sebagai bahan baku industri pengolahan emping mlinjo. Tahun 2001 Kecamatan Limpung, Bawang dan Tersono menghasilkan 65,8 ton mlinjo. Produksi lokal mlinjo belum mampu mencukupi kebutuhan lokal industri emping mlinjo, sehingga perlu mendatangkan bahan baku dari luar daerah. Sekitar 70 persen buah mlinjo kemudian didatangkan dari Lampung, Banten, Yogyakarta dan Pacitan. Sebenarnya Kabupaten Batang masih memiliki peluang besar memperluas budidaya tanaman mlinjo ini dengan menanami tidak kurang dari 19.000 hektar lahan tegalan yang berpotensi.

Produksi mlinjo Kabupaten Batang memang masih sedikit. Namun, industri kecil pengolahan mlinjo bisa menyedot sekitar 47 persen tenaga kerja, termasuk buruh gethik yang mengolah buah mlinjo menjadi emping. Upah yang diterima buruh gethik sekitar Rp 2.000 per kilo, dan dalam satu hari mereka bisa memperoleh sekitar Rp 8.000.

Pemasaran emping mlinjo selain untuk kebutuhan lokal, juga keluar daerah seperti Kabupaten Pekalongan, Kendal, dan Banjarnegara. Bahkan produk ini sudah menjadi komoditas ekspor. Emping mlinjo kering yang disortir di Surabaya oleh PT Sekar Alam Group kemudian dikapalkan ke negeri Belanda dan Perancis.

Kabupaten Batang juga terkenal sebagai penghasil teh. Tahun 2002 menurut Subdinas Perkebunan produksi teh 21.462 ton yang dipetik dari lahan seluas 2.196 hektar. Sekitar 40 persen areal perkebunan teh dikelola oleh PT Pagilaran milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Sisanya berupa perkebunan rakyat.

Produk daun teh rakyat ini diolah oleh industri-industri kecil di Kecamatan Reban, Blado, Bandar berupa teh hijau. Sedang industri besar mengolah teh hitam yang seluruh produknya untuk konsumsi ekspor ke Timur Tengah dan Eropa. Industri besar berpotensi mengolah teh wangi yang hingga saat ini lebih banyak diolah di Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Tegal. Teh wangi mempunyai keistimewaan beraroma bunga melati, karena menggunakan bahan tambahan bunga melati. Bunga ini dipasok oleh sekitar 2.800 petani melati di Kecamatan Tulis dan Batang.

Semula kegiatan ekonomi Kabupaten Batang berpijak pada pertanian. Namun sejak tahun 1996 lambat laun bergeser ke industri pengolahan. Dilihat dari kegiatan ekonomi menurut harga konstan, pada tahun 1995 sumbangan pertanian 28 persen dan industri pengolahan 27 persen. Pada tahun 1996 industri pengolahan mengalahkan pertanian menjadi 28 persen dan pertanian 27 persen. Kecenderungan ini menjadi tetap paling tidak sampai tahun 2001. Munculnya industri-industri besar seperti pabrik tekstil, penyedap rasa, pengolahan the, mempercepat pergeseran ini.

Industri pengolahan besar memegang peranan utama dalam memacu roda ekonomi Kabupaten Batang. Pabrik tekstil PT Primatexco Indonesia misalnya, memberi kontribusi 68 persen bagi industri pengolahan skala menengah dan besar. Sisanya berasal dari pabrik penyedap rasa monosodium glutamat PT Indonesia Miki Industries, pabrik pengolahan teh PT Pagilaran, dan beberapa industri tekstil yang lain. (Yuliana Rini DY/Litbang Kompas)

Tinggalkan komentar